Supply Chain Management



1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan industri manufaktur belakangan ini berusaha meningkatkan
efisiensi, khususnya pelaksanaan produksi yang semakin ketat dalam penggunaan
sumber daya. Minimasi waste (pemborosan), peningkatan produktivitas, peningkatan
efisiensi adalah hal-hal yang menjadi isu pokok dalam perkembangan industri
manufaktur. Hal lain yang juga penting adalah peningkatan koordinasi menyeluruh
dalam proses manufaktur, termasuk di dalamnya supply chain management (SCM).
Aplikasi SCM dalam manufaktur telah menghemat ratusan juta dolar dan tetap
meningkatkan layanan kepada pelanggan (O’Brien, 1998).
Industri konstruksi di sisi lain masih tertinggal dari industri manufaktur dalam
hal efisiensi pada prosesnya. Supply chain di dunia konstruksi masih dipenuhi dengan
pemborosan dan masalah-masalah yang disebabkan oleh kontrol yang kurang jelas
(Vrijhoef dan Koskela, 1999). Dunia konstruksi adalah industri yang terdiri dari
partisipan-partisipan yang multi-organisasional yang hubungannya bersifat sementara.
Warren mencontohkan di Amerika diperkirakan lebih dari 30% biaya konstruksi jatuh
pada kurangnya efisiensi, kesalahan-kesalahan, delay, dan komunikasi yang kurang
baik karena tidak menyatunya para partisipan tersebut. O’Brien (1998) juga
mengungkapkan bahwa desain supply chain yang kurang baik akan meningkatkan
10% biaya proyek yang sesungguhnya, demikian juga durasi proyek yang menjadi
lebih panjang.
SCM dalam konstruksi menawarkan pendekatan baru untuk mengurangi biaya
dan meningkatkan keandalan serta kecepatan dalam memfasilitasi konstruksi. Selain
itu SCM dalam proses konstruksi adalah untuk mengurangi pemborosan dan berbagai
masalah yang ada dalam proses konstruksi. SCM meningkatkan efisiensi pada alur
kerja sehingga lebih menghemat waktu dan biaya. Waktu pelaksanaan konstruksi akan
lebih pendek karena pekerjaan didukung ketepatan antara tenaga kerja dengan
material atau sumber daya yang lain, sehingga biaya akan berkurang karena alur kerja
yang lebih pasti dan memungkinkan pengiriman just in time (Howell dan Koskela,
2001).
Seiring dengan perjalanan waktu, perkembangan industri konstruksi di
Surabaya sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia tentunya akan berjalan kearah
Page 2
2
perkembangan seperti yang telah dicapai di kota-kota lain di luar negeri. Untuk itu
dirasakan penting untuk mengetahui karakteristik SCM yang dikembangkan oleh para
pelaku konstruksi di Surabaya.
Studi ini mencoba memberi gambaran kondisi SCM industri konstruksi di
Surabaya, khususnya tentang karakterisitik SCM kontraktor-kontraktor di Surabaya.
Penelitian ini meneliti pelaksanaan konsep SCM dalam pelaksanaan konstruksi dan
hal-hal yang masih mengikuti pola tradisional. Pola SCM tradisional dan non
tradisional dalam hal ini mengikuti beberapa aspek yang telah didefenisikan oleh
beberapa peneliti. Selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan dapat ditindaklanjuti
sebagai pedoman untuk menciptakan efisiensi yang lebih baik dalam SCM industri
konstruksi seperti pada industri manufaktur, khususnya di Surabaya.
1.2. Perumusan Masalah
Sebelum melangkah pada proses bagaimana mengefisienkan proses produksi
dalam industri konstruksi di Surabaya seperti pada industri manufaktur, maka perlu
diketahui lebih dahulu tentang karakteristik SCM pada kontraktor-kontraktor di
Surabaya. Untuk itu dalam penelitian ini ada tiga masalah pokok yang akan dibahas
untuk mencoba melihat realita penerapan SCM oleh para kontraktor di Surabaya,
yaitu:
- Bagaimana kencenderungan kontraktor-kontraktor di Surabaya dalam pelaksanaan
SCM jika dikategorikan atas SCM tradisional dan non-tradisional?
- Apa kendala yang dihadapi oleh kontraktor-kontraktor di Surabaya dalam
pelaksanaan SCM?
- Apa tujuan peningkatan pelaksanaan SCM kontraktor-kontraktor di Surabaya?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian dimaksudkan untuk:
- Meneliti bagaimana kecenderungan kontraktor-kontraktor di Surabaya dalam
pelaksanaan SCM jika dikategorikan atas tradisional dan non-tradisional.
- Meneliti kendala-kendala yang dihadapi oleh kontraktor-kontraktor Surabaya
dalam pelaksanaan SCM.
- Meneliti tujuan peningkatan pelaksanaan SCM kontraktor-kontraktor di
Surabaya.
Page 3
3
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
- Penelitian dibatasi pada lingkup kontraktor-kontraktor di Surabaya.
- Penelitian dilakukan pada kontraktor-kontraktor yang menjadi anggota
GAPENSI, yakni pada kontraktor-kontraktor berklasifikasi M (M1 dan M2).
Kontraktor klasifikasi M dipilih dengan pertimbangan jumlah sampel yang
dapat mendukung penelitian ini.
- Dalam penelitian ini kontraktor akan ditanyai dengan membatasi pada
pengalaman-pengalamannya dalam lingkup pekerjaan proyek dengan jenis
kontrak tradisional.
- Penelitian juga akan dibatasi pada aktivitas supply material saja.
- Penelitian hanya pada lingkup kontraktor, sub kontraktor dan supplier saja.
1.5. Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini akan memberikan banyak masukan tentang
karakteristik para kontraktor di Surabaya dalam penerapan SCM, sehingga dengan
informasi ini partisipan dalam dunia konstruksi khususnya di Surabaya dapat berbenah
untuk peningkatan efisiensi proses konstruksi. Secara khusus manfaat kepada
partisipan adalah:
1. Kontraktor:
Para kontraktor akan mendapatkan masukan-masukan tentang SCM yang sekarang
dijalani dan peluangnya untuk memajukan SCM.
2. Supplier:
Para supplier akan mendapatkan masukan-masukan tentang cara kontraktor
mengarahkan SCM dan melihat kesempatan berpartisipasi dalam SCM untuk
kepentingan bersama dalam suatu sistem.
3. Akademisi:
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian awal untuk menilai perilaku
para kontraktor dalam membangun SCM, khususnya di Surabaya. Sehingga dapat
menyikapi lebih lanjut dalam penelitian untuk memikirkan cara membantu para
kontraktor dalam memaksimalkan SCM.

Tidak ada komentar: