Kecerdasan Emosional

C.P. Chaplin (1975) memberikan pengertian kecerdasan sebagai Tkemampuan
menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektifT.
Sementara itu, Anita E. Woolfolk (1975) mengemukan bahwa menurut teori lama,
kecerdasan meliputi tiga pengertian, yaituT : (1) kemampuan untuk belajar; (2)
keseluruhan pengetahuan yang diperoleh; dan (3) kemampuan untuk beradaptasi
dengan dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya.

Emosi adalah hal begitu saja terjadi dalam hidup Anda. Anda menganggap
bahwa perasaan marah, takut, sedih, senang, benci, cinta, antusias, bosan, dan
sebagainya adalah akibat dari atau hanya sekedar respon Anda terhadap berbagai
peristiwa yang terjadi pada Anda. Membahas soal emosi maka sangat eratan kaitannya
dengan kecerdasan emosi itu sendiri dimana merupakan kemampuan seseorang untuk
memotivasi diri sendiri, bertahan menghadap frustasi, mengendalikan dorongan hati
(kegembiraan, kesedihan, kemarahan, dan lain-lain) dan tidak melebih-lebihkan
kesenangan, mengatur suasana hati dan mampu mengendalikan stres.
Daniel Goleman (1999), merupakan salah seorang yang mempopulerkan jenis
kecerdasan manusia lainnya yang dianggap sebagai faktor penting yang dapat
mempengaruhi terhadap prestasi seseorang, yakni TKecerdasan Emosional, Tyang
kemudian kita mengenalnya dengan sebutan TEmotional Quotient (EQ).T
Goleman
mengemukakan bahwa kecerdasan emosi merujuk pada kemampuan Tmengenali
perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan
kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan
dengan orang lainT.
Menurut hemat peneliti sesungguhnya penggunaan istilah EQ ini tidaklah
sepenuhnya tepat dan terkesan Tsterotype T(latah) mengikuti popularitas IQ yang lebih
dulu dikenal orang. Penggunaan konsep TQuotientT
dalam EQ belum begitu jelas
perumusannya. Berbeda dengan IQ, pengertian TQuotientT
disana sangat jelas menunjuk
kepada hasil bagi antara usia mental (Tmental ageT) yang dihasilkan melalui pengukuran
psikologis yang ketat dengan usia kalender (Tchronological ageT). Terlepas dari
“kesalahkaprahan” penggunaan istilah tersebut, ada satu hal yang perlu digarisbawahi
dari para “penggagas beserta pengikut kelompok kecerdasan emosional”, bahwasanya
potensi individu dalam aspek-aspek “non-intelektual” yang berkaitan dengan sikap,
motivasi, sosiabilitas, serta aspek – aspek emosional lainnya, merupakan faktor-faktor
yang amat penting bagi pencapaian kesuksesan seseorang.

Berbeda dengan kecerdasan intelektual (IQ) yang cenderung bersifat permanen,
kecakapan emosional (EQ) justru lebih mungkin untuk dipelajari dan dimodifikasi
kapan saja dan oleh siapa saja yang berkeinginan untuk meraih sukses atau prestasi
hidup. Kecerdasan emosional juga mencakup kesadaran diri dan kendali dorongan hati,
ketekunan, semangat dan motivasi diri dan kendali dorongan hati, ketekunan, semangat
dan motivasi diri, empati dan kecakapan sosial. Ketrampilan yang berkaitan dengan
kecerdasan emosi antara lain misalnya kemampuan untuk memahami orang lain,
kepemimpinan, kemampuan membina hubungan dengan orang lain, kemampuan
berkomunikasi, kerjasama tim, membentuk citra diri positif, memotivasi dan memberi
inspirasi dan sebagainya.

Tidak ada komentar: