Muatan Etika dalam Pengajaran Akuntansi


Memasukkan aspek etika langsung pada mata kuliah akuntansi keuangan akan
sangat membantu mahasiswa untuk mempertajam moral perception dan moral
judgement dari topik-topik yang dibahas. Banyak contoh kasus etika yang disajikan
dalam text book dapat digunakan sebagai bahan diskusi, di samping itu juga dibahas
kasus dalam konteks Indonesia.
Loebs (1989) mengungkapkan bahwa sebagian besar jurusan akuntansi
menyajikan materi pengajaran etika sebagai bagian dari setiap mata kuliah akuntansi,
bukan sebagai mata kuliah tersendiri atau terpisah. Konsekuensi jika etika digabungkan
dalam mata kuliah akuntansi maka dosen dituntut untuk menguasai materi akuntansi
dan sekaligus materi etika.
Berdasarkan hasil survey Haas (2005) yang dilakukan untuk mengetahui
pemberian muatan etika pada mata kuliah pengantar akuntansi keuangan pada
Universitas negeri dan swasta di New York, yang meliputi 44 program studi akuntansi
mengungkapkan bahwa: (1) rata-rata waktu yang digunakan untuk membahas isu etika
adalah 3,7 jam per semester untuk 3 jam perkuliahan per minggu, (2) jumlah program
studi yang sudah memasukkan muatan etika dalam perkuliahan pengantar akuntansi
sebanyak 66%, (3) beberapa responden memasukkan isu etika pada mata kuliah
intermediate accounting, auditing, tax, cost accounting, dan advance accounting.
Masalah teknik pengajaran dihadapkan pada beberapa pilihan yaitu: (1)
diberikan tutorial dengan sistem satu arah, (2) kasus dan diskusi, dan (3) simulasi/ role
playing. Cara pertama pada umumnya dirasa kurang efektif, teknik yang dianggap
efektif adalah dengan diskusi dan simulasi. Untuk membahas kasus dengan teknik
diskusi diperlukan persiapan yang matang, dan pemilihan kasus yang relevan. Beberapa
langkah yang dapat digunakan dalam mempersiapkan pengajaran kasus etika adalah
sebagai berikut (Langenderfer and Rockness 1989):
1) Select a case with an ethical dilemma that is relevant to the accounting
issues being discussed in class.
2) Distribute copies of short cases (one or two pages) at the start of discussion.
3) In discussing the case in the class, raise the following questions and issues,
(a) What are the fact of the case, (b) What are the ethics issues in the case
(c) What are the norms, principles, and value related to the case, (d)What
are alternative courses of action, (e) What is the best course of action that
consistent with the norms, principles, and value identified in (c), (f) What
are the concequences of each possible course of action, (g) What is decision.
4) Conclude the case by summarizing the different point of view.
Jika tahap tersebut di atas dapat direalisasikan maka tujuan pengajaran etika
diharapkan dapat tercapai.
Penelitian yang bertujuan untuk menguji persepsi para pengajar akuntansi
(dalam hal ini meliputi Professor, Associate Professor dan Assistant Profesor) terhadap
cakupan muatan etika dalam kurikulum akuntansi dilakukan oleh McNair and Milan
(1993) yang dikutip oleh Wulandari dan Sularso (2002), menunjukkan bahwa dari 202
profesor yang menjadi respondennya, mayoritas mereka cenderung untuk memasukkan
materi etika dalam mata kuliah akuntansi pokok. Bahkan lebih dari 77% dari mereka
telah memasukkan materi etika tersebut dalam mata kuliah yang diajarkannya.
Hiltebeitel and Jones (1992) melakukan penelitian dengan eksperimen tentang
penilaian instruksi etis dalam pendidikan akuntansi. Penelitian ini dilaksanakan selama
dua semester pada tahun ajaran 1989-1990, dengan menggunakan instrumen berupa 14
daftar prinsip-prinsip perilaku etis yang dikembangkan oleh Lewis (1988). Hasil
analisis dari pre-test dan post-test yang dilakukan menunjukkan bahwa pengambilan
keputusan etis dipengaruhi oleh pengintegrasian etika dalam mata kuliah yang
diajarkan.
Berdasarkan hasil survei Warth (2000) yang dikutip oleh Hass (2005)
mengungkapkan bahwa sebagian besar KAP mengandalkan para akademisi untuk
memberikan bekal materi perilaku etika yang diharapkan dapat diterapkan dalam
profesi. Clikeman dan Henning (2000) melakukan penelitian tentang sosialisasi etika
pada program studi akuntansi dan bisnis. Riset dilakukan dengan mengukur respon
mahasiswa tentang praktik manajemen laba. Fokus utamanya adalah untuk mengetahui
kecenderungan mahasiswa apakah lebih mengutamakan pelaporan keuangan untuk
kepentingan manajemen (intern) atau kepentingan pemakai eksternal. Hasilnya
menunjukkan bahwa pada mahasiswa baru (yunior), baik akuntansi dan bisnis
cenderung mengutamakan pelaporan keuangan untuk kepentingan manajemen. Namun
kemudian setelah mahasiwa yang dijadikan sampel tersebut telah menjadi senior
ternyata terjadi perubahan, yaitu: (1) untuk mahasiswa akuntansi cenderung untuk
mengutamakan kepentingan pemakai eksternal, dan (2) untuk mahasiswa bisnis ternyata
semakin kuat untuk mengutamakan kepentingan manajemen. Mahasiswa akuntansi
senior menjadi lebih mempertimbangkan kepentingan pihak eksternal adalah
merupakan cerminan bahwa selama perkuliahan telah terjadi proses sosialisasi etika.

Tidak ada komentar: